Temaram menggerutu di bilik tidurku

Tiap gelap yang jatuh membuka perlahan sebuah tapak tilas

Suhu dingin yang melambung menyeret kisah lalu

Detak jarum jam berbisik soal aku yang berhasil menemukanmu


Tempo hari, 

Tatkala angin baik menggandeng lenganku

Kau hadir membuat sang surya tersipu malu

Bahkan Bumantara yang elok takluk di hadapan senyummu yang biru

Sialnya, aku jatuh hati papadamu


Solekmu membawaku jatuh lebih jauh, 

Menggiringku untuk bertualang, 

Menjelajah sampai ke seberang

Beruntungnya, kau mengantarku pulang


Manis senyummu yang tiap pagi aku santap, 

Beserta sejuk matamu yang tiap siang aku tatap

Menopangku untuk tetap hidup, 

Meski kenangan tentangmu membuatku kian redup


Akhirnya temaran kelelahan, 

Lembaran yang ia buka tak sempat ditutup

Katanya esok kita akan bersua lagi

Memang bukan dirimu yang datang, 

Tapi rindu tentangmu selalu aku sambut dengan riang


Detak jarum jam berbisik satu kalimat terakhirnya

"Akan ada waktunya kau padam" Begitu ujarnya