Day 4
Pada akhirnya hari yang aku benci tiba juga, tak ada celah
sedikitpun memang untuk kabur menghindari waktu. Mataku sudah harus dibuka
sejak subuh, begitupun cemas dan perasaan tak menentu di dalam hatiku. Semua yang
akan dimulai hari ini digendongi rasa ketidaktenangan. Di jalan sewaktu
berangkat menuju sekolah, pohon-pohon yang menjulang tinggi seperti tiang
berisi baliho peringatan yang menakutiku, matahari yang mengintip dari timur
menatap tajam ke arahku seperti hendak memarahiku, kursi yang kududuki sampai
berasa tempat duduk di persidangan ketika aku akan diadili. Rasa panik itu
melekat di hatiku dari rumah sampai sekolah, bahkan tak hilang begitu saja
hanya karena aku sudah sampai sekolah. Itulah mengapa aku menumpahkan segala
kebencianku pada hari ini. Waktu berlalu, upacara selesai. Ternyata memang aku
yang terlalu berlebihan soal khawatir. Tidak terjadi apa-apa. Apalagi aku yang
dipermalukan di depan banyak orang, sama sekali tidak terjadi. Meskipun aku
sudah cemas berlebihan, paling tidak akhirnya aku bisa tersenyum lega. Rasanya aku
sudah berhasil mengusir semua hantu yang menakuti hati dan pikiranku. Tapi Senin
tetaplah Senin. Semua kesibukan ada di hari ini. Aku harus menghadapi ulangan
sejak pagi hingga sore. Sejak jam pertama hingga bel pulang. Sejak awal hingga
akhir. Merepotkan bukan? Apalagi untukku yang sedang serba terbatas. Sehingga mau
tidak mau ya aku harus merepotkan orang lain. Kalau dipikir memang egois sekali
aku ini. Selama ini aku selalu memasang diri untuk jadi orang yang paling berhak
dikasihani. Segala sesuatu ku buat berasa sulit dan menyedihkan, sehingga orang
lain harus sekali mengerti bagaimana keadaanku dan rela repot untukku. Sialan. Ternyata
aku seburuk itu. Rasanya ingin meminta maaf dengan maaf yang begitu besar pada semua
teman-temanku. Ya, begitulah paling tidak gamabaran sebuah penyesalan. Sekali lagi,
aku yang selalu mengabaikan orang lain, harus merepotkan orang lain. Aku yang
selalu membuat skenario palsu mengenai ketidakberdayaan, akhirnya dibuat
benar-benar tak berdaya. Sangat wajar memang kalau aku membenci diriku sendiri.
Benarkan, dari semua yang sudah aku ungkapkan, hampir tidak
ada hal menyenangkan. Bahkan, sisa ulangan masih menggerogoti kesenanganku selepas
sekolah sampai tengah malam. Ah, semoga besok ada hal baik.
Senin, 14 November 2022
0 Komentar