Kadang dibenci itu menyenangkan. Namun definisi benci terlalu sangar bagi mereka para pembenci. Sehingga terbenci adalah sebuah kata dasar dan imbuhanya yang mendeskripsikan gelap, hitam dan kelam dalam suatu waktu tertentu.


Mungkin orang-orang sekitar semenjak beberapa hari kemarin sesampai berlayar hingga detik ini, akan sedikit miliki mimik wajah berbeda, sapaan yang tak sama, dan anggapan yang sudah tak semestinya. Mereka menggenggam benih benci atas beberapa kalimat yang boleh dikata provokasi, walau tepatnya adalah pembelaan diri atas beberapa aksi. Terlalu minimalisnya tingkat literasi mengunci tingkat klarifikasi untuk boleh disebut terlalu busuk nun basi. Pilah pilih kata seorang penulis amatir yang notabenya juga punyai keindahan diksi ditelantarkan oleh ulah pembenci. Arti yang mati dan mati tanpa arti adalah definisi yang cocok tentang kondisi nusa saat ini. Selarik tulisan tak pernah dianggap berarti. Salah pengartian menjadi pegangan untuk membuat mangsa pembenci mati. Itulah cikal bakal kontrofersi yang pembenci timbulkan sendiri melalui sebuah konspirasi antara "mem-" dan "benci".

 Etalase kerusakan moral menampung tingkat attitude yang berbeda, sebuah misal seorang anak kepada orang tuanya, orang tua anak pada orang sekitarnya, dan orang sekitar pada keluarganya. Dimana pintu kaca etalase itu senantiasa membuka untuk menampik hiruk pikuk nan ingar bingar.

Pada intinya situasi ini hanyalah

"Fiksi kontroversi oleh konspirasi antara pembenci dan dibenci untuk membenci tanpa landasan literasi untuk menampik selarik arti." Ya, sebatas, sekedar dan hanya seperti itu sebenarnya. Tak lebih dan tak perlu diangkasakan untuk tinggi. Karena lebih berarti untuk tak pantas.