Bahagia sudah tumpah ruah bersama air Tuhan, bung!

Bumi yang subur segera menutup kerinduan

Daun yang gugur mengalir bersama doa yang seraya dikabulkan

Dan kasih sayang mangga beralih pada rambutan


Setidaknya air matamu dipalsukan hujan, bung!

Meski sikapnya justru membuatku kehujanan

Meski isi kepalaku masih diterpa badai penolakan

Meski harapanku malah menjadi polusi baginya

Dan meski patah hati selalu lebih kencang, daripada angin atau lelapku


Pada akhirnya saturnus tak pernah resmi melepas cincinnya,

Akupun begitu, selalu tak siap melangkah darinya


Kalau langit sudah sering petang, bung!

Titik tertingginya adalah mengikhlaskan terang